Cerita Kemelut di Majapahit

Kemelut di Majapahit

(Algi Sapitri)

Malam mencekam telah sirna, mentaripun mulai menampakkan wujudnya yang muncul bersama dengan sorak kebahagiaan para penghuni kerajaan. Lelah mereka telah terobati, kesakitan mereka tak dirasa lagi. Setelah Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari jasa-jasa para senopati yang setia dan selalu membantu Raden Wijaya. Akan tetapi,ketentraman itu tak bertahan lama. Sang Prabu yang telah menikah dengan empat orang putri mendiang Raja Kertanegara telah menikah lagi dengan seorang putri dari Melayu. Sang Prabu menikahi semua putri mendiang Raja agar tidak ada dendam dan perebutan kekuasaan kelak. Akan tetapi, hal tersebut tidaklah benar,karena hal itulah yang menyebabkan ketegangan kembali terasa di Kerajaan Majapahit. Putri mendiang Raja Kertanegara yang dinikahi Raden Wijaya antara lain Dyah Tribunnan yang menjadi permaisuri, yang kedua Dyah Nara Inderaduhita, ketiga Dyah Jaya Inderadewi dan yang keempat adalah Dyah Gayatri. Dyah Gayatri dipanggil Retno Sutawan atau Rajapatni yang berarti “terkasih”. Karena Dyah Gayatri merupakan istri yang paling dikasihi Raden Wijaya. Dyah Gayatri terkenal di seluruh negeri dengan kecantikannya yang seperti seorang dewi kahyangan dan ia sangat dipuja-puja oleh para sastrawan di masa itu. Akan tetapi,datanglah pasukan Pamalayu. Pasukan yang beberapa tahun lalu diutus oleh mendiang Sang Prabu Kertanegara ke negeri Melayu. Pasukan yang dipimpin oleh Kebo Anabrang atau juga Mahisa Anabrang ini berhasil membawa pulang dua orang putri bersaudara. Putri yang paling muda bernama Dara Petak,karena kecantikannya, Sang Prabu Kertarajasa terpikat hatinya. Maka diambilah Dyah Dara Petak menjadi istri kelimanya. Dyah Dara Petak pun menjadi saingan terberat Dyah Gayatri, karena Dara Petak memang cantik dan pandai membawa diri. Hari demi hari persaingan antar istri terus terjadi. Persaingan dalam memperebutkan cinta kasih dan perhatian Sang Prabu ini tentu saja terjadi secara diam-diam. Namun, Sang Prabu sendiri belum menyadari persaingan ini. Pengaruh persaingan itu terasa benar oleh para senopati dan mulailah terjadi perpecahan diantara mereka.

Ada yang mendukung Dyah Gayatri dan ada juga yang mendukung Dyah Dara Petak. Ronggo Lawe seorang Adipati yang  amat setia sejak zaman Prabu Kertanegara tentu saja berpihak kepada Dyah Gayatri. Persaingan antara Dyah Gayatri dan Dyah Dara Petak tidak memberikan dampak yang hebat bagi kerajaan. Akan tetapi, terjadilah suatu hal yang sangat membakar hati Ronggo Lawe, yaitu pengangkatan Patih Hamangkubumi menjadi pembesar yang tertinggi dan paling berkuasa setelah Raja yaitu Senopati Nambi. Pengangkatan tersebut memang banyak dipengaruhi oleh istri kelima Raja. Adipati Ronggo Lawe pun sangat marah mendengar kabar tersebut. Ronggo Lawe yang saat itu sedang makan bersama kedua istrinya yaitu Dewi Mertogoro dan Tirtowati langsung membanting nasi hingga nasi tersebut amblass ke lantai. Dewi amertogoro pun kaget dan khawatir, ”Kakangmas Adipati, harap Paduka tenang”. Dewi mertogoro mencoba menghibur suaminya. “Ingatlah kakangmas tidaklah baik mengembalikan berkah ibu pertiwi seperti itu” kata Tirtowati. Namun, amarah telah menutup hati Ronggo Lawe. Ia pun segera bangkit dan pergi ke Kerajaan Majapahit. Tak lama kemudian Ronggo Lawe tiba di Kerajaan Majapahit dan segera menghadap Sri Baginda, ”Hamba sengaja datang menghadap Paduka untuk mengingatkan kekhilafan yang Paduka lakukan”. Sang Prabu pun bertanya “Kakang Ronggo Lawe, apakah maksudmu dengan ucapan itu?”. Ronggo Lawe menjawab “Yang hamba maksudkan adalah mengapa Paduka mengangkat Nambi menjadi Papatih Paduka? Keputusan yang Paduka ambil sungguh tidak tepat dan tidak adil, padahal Paduka terkenal sebagai seorang Maharaja yang arif, bijaksana, dan adil!”. Prabu Kertarajasa tetap tenang, bahkan tersenyum dan berkata “Kakang Ronggo Lawe, tindakanku mengangkat Kakang Nambi sebagai Patih Hamangkubumi bukanlah merupakan tindakan ngawur. Hal ini telah dipikirkan dan dipertimbangkan bahkan sudah disetujui oleh semua paman dan Kakang Senopati. Bagaimana Kakang Ronggo Lawe dapat mengatakan bahwa hal tersebut tidak tepat?”. Ronggo Lawe menjawab “Tentu saja tidak tepat. Paduka sendiri tahu si Nambi itu! Paduka tentu masih ingat akan segala sepak terjang dan tindak-tanduknya dahulu! Dia seorang yang bodoh, lemah, rendah budi, penakut, sama sekai tidak memiliki wibawa”. Sang Prabu pun berkata “Sudahlah Kakang tidak baik membicarakan keburukan orang. Kakang kan sudah saya beri pangkat menjadi Adipati di Tuban”. Ronggo Lawe semakin marah “Sudah bertahun-tahun saya menunggu jabatan sebagai Patih Hamengkubumi, tapi Paduka malah memberikanya pada orang lain. Sebaiknya biar saya saja yang menjadi Raja Majapahit!”. Ronggo Lawe menyerang Sang Prabu dengan sebuah pedang yang dibawanya. Namun naas pedang tersebut malah mengenai Dyah Gayatri. Ronggo Lawe sangat terkejut. Prabu Kertarajasa sangat marah dan terpukul. Dyah Gayatri pun terjatuh dengan darah yang tidak berhenti mengalir dari punggungnya. “Rajapatni bertahanlah jangan tinggalkan Kakanda, Rajapatni”. Prabu Kertarajasa menangis sambil mengelus pipi Dyah Gayatri.”Kakanda janganlah bersedih,biarlah Adinda yang pergi. Setidaknya hidup Adinda tidak sia-sia karena telah menyelamatkan orang yang Adinda cintai”. Dyah Gayatri pun menutup mata untuk selamanya. Melihat hal tersebut Prabu Kertarajasa terenyuh hatinya ia menangis sambil memeluk istri tercintanya. “Dyah Gayatri kau akan selalu menjadi istriku yang terbaik,yang paling cantik dan tidak akan ada yang menandingi ketulusanmu”. Akhirnya,di sore hari yang diselimuti air mata duka,Dyah Gayatri telah selesai dimakamkan dan Ronggo Lawe di hukum gantung. Kerajaan Majapahit kembali tentram meskipun suasana duka masih terpancar dari sorot mata Sang Raja.

 

 

Kemelut di Majapahit

Nama : Leni Halmawati

Kelas : XII MIPA 3

Kemelut di Majapahit

Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit yang pertama. Beliau mengangkat Ronggo Lawe menjadi Adipati di Tuban serta para Senopati lainnya pun diberi pangkat karena mereka telah setia dan banyak membantu beliau.

Kemudian Sang Prabu menikahi keempat putri mendiang Raja Kertanegara. Karena beliau tidak ingin adanya dendam dan perebutan kekuasaan kelak.

Namun, kedatangan pasukan ekspedisi yang membawa dua orang putri bersaudara ini dari Malayu, membuat Sang Prabu terpikat oleh kecantikan putri yang kedua yaitu Dara Petak. Dan dijadikannya istri sah yang kelima.

Seiring berjalannya waktu, persaingan diantara para istri pun terjadi. Mereka memperebutkan cinta, kasih, dan perhatian Sri Baginda yang tentu nya akan mengangkat derajat dan kekuasaannya masing masing. Ronggo Lawe yang setia sejak zaman dahulu tentu saja berpihak kepada Dyah Gayatri. Namun, persaingan diam diam ini tidak sampai menjalar jadi permusuhan terbuka. Sampai akhirnya Sang Prabu mengangkat Senopati Nambi menjadi pembesar tertinggi dan paling berkuasa setelah Raja. Hal ini membakar hati Ronggo Lawe.

Pengangkatan ini banyak terpengaruh oleh bujukan Dara Petak. Mendengar berita itu, Ronggo Lawe marah bahkan ia membanting nasi nya ke atas lantai serta ujung meja yang diremasnya pun sampai hancur. Kedua istri nya pun menghiburnya akan tetapi Ronggo Lawe pergi menemui Prabu.

Sesampainya ditempat Sang Prabu, ia menghadap Sri Baginda dan dengan suara lantangnya Ronggo Lawe melontarkan penolakannya terhadap pengangkatan Senopati Nambi. Semua orang terkejut mendengar perkataan Ronggo Lawe dan sebagian juga ada yang marah tetapi mereka tidak mencampuri karena menghormati Sang Prabu. Akan tetapi sang Prabu tetap tenang dan tersenyum kepada Ronggo Lawe. Sang Prabu menyatakan bahwa pengangkatan Nambi sebagai Patih Hamangkubumi telah dipertimbangkan dengan matang dan telah mendapat persetujuan dari yang lain. Dengan muka merah Ronggo Lawe berkata dengan lantang bahwa pengangkatan tersebut menurutnya tidak tepat karena menurutnya Nambi adalah seorang yag bodoh, lemah, dan sama sekali tidak berwibawa. Dengan sangat marah dan kecewa Ronggo Lawe meninggalkan Kerajaan.

Cerita Majapahit , Kemelut Di Majapahit

 

Kemelut di Majapahit

Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama. Beliau tidak melupakan jasa jasa para senopati yang setia dan banyak membantunya. Ronggo Lawe diangkat menjadi adipati di Tuban serta yang lainnya diberi pangkat juga.

Sang prabu telah mengawini empat putri mendiang Raja Kertanegara. Keempat putri itu adalah Dyah Tribunan yang menjadi permaisuri, yang kedua adalah Dyah Nara Indraduhita, ketiga adalah Dyah Jaya Inderadewi, dan yang juga disebut Retno Sutawan atau Rajapatni yang berarti “terkasih” karena memang putri bungsu dari mendiang Kertanegara ini menjadi istri yang paling dikasihinya. Hal ini dilakukannya karena beliau tidak menghendaki adanya dendam dan perebutan kekuasaan kelak.

Akan tetapi, datanglah pasukan yang beberapa tahun lalu diutus oleh Sang Prabu ke negeri Malayu. Pasukan ekspedisi yang berhasil baik ini membawa pulang dua orang putri bersaudara. Sang prabu terpikat oleh kecantikan putri yang kedua, yaitu Dara Petak. Maka, diambillah putri itu menjadi istrinya yang kelima.

Terjadilah persaingan diantara para istri, yang dilakukan secara diam diam dalam memperebutkan cinta kasih dan perhatian Sri Baginda. Tentu saja, Ronggo Lawe yang setia sejak zaman Prabu Kertanegara, berpihak kepada Dyah Gayatri. Namun, persaingan dan kebencian secara diam diam itu tidak sampai menjalar menjadi permusuhan terbuka. Sampai akhirnya Sang Prabu mengangkat Senopati Nambi menjadi pembesar tertinggi dan paling berkuasa sesudah raja, yang tentu saja membakar hati Ronggo Lawe.

Pengangkatan ini memang banyak terpengaruh oleh bujukan Dara Petak. Mendengar pengangkatan patih ini, Ronggo Lawe marah bukan main. Nasi yang sedang dikepalnya dibanting keatas lantai yang kemudian amblas ke dalam lantai serta ujung meja yang diremasnya hancur. Kedua istri Ronggo Lawe menghibur dirinya, akan tetapi Ronggo Lawe bangkit berdiri dan tetap pergi menemui Sang Prabu.

Pada waktu itu, Sang Prabu sedang dihadap oleh para senopati dan punggawa. Mereka terkejut sesekali ketika melihat Ronggo Lawe datang menghadap Sri Baginda. Dengan suara yang lantang, Ronggo Lawe melontarkan penolakan nya terhadap pengangkatan Senopati Nambi. Hebat bukan main ucapan Ronggo Lawe, semua terkejut dan sebagian marah, tetapi mereka tidak berani mencampuri karena menghormati Sang Prabu. Akan tetapi, Sang Prabu tetap tenang dan bahkan tersenyum kepada Ronggo Lawe. Sang Prabu menuturkan bahwa pengangkatan Nambi sebagai Patih Hamangkubumi telah dipertimbangkan masak masak. Serta telah mendapat persetujuan dari yang lain. Dengan muka merah berkata lantang bahwa pengangkatan tersebut menurutnya tidak tepat. Karena menurutnya Nambi adalah seseorang yang bodoh, lemah, penakut, rendah budi, dan tidak berwibawa.

Rongo Lawe terus mencaci maki karena ia tidak bisa menerima atas keputusan Sang Prabu mengangkat Nambi sebagai Patih Hamangkubumi. Hari demi hari, Ronggo Lawe bekerja tidak karuan, uring uringan dan sebagainya. Berita tersebut diketahui oleh Raja, lalu suatu hari Raja memanggil Ronggo Lawe untuk menyampaikan sesuatu yang penting. Akhirnya, Raja memutuskan untuk memecat Ronggo lawe untuk memecat Ronggo lawe dari Kerajaan Majapahit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

contoh pidato beriman pada hari akhir

Assalmu`alaikum Wr.Wb

 

Kepala sekolah  yang saya hormati

Ibu bapak guru yang saya hormati

Teman-teman seperjuangan yang saya  cintai

 

Hadirin yang saya hormati

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Alloh SWT  karena atas karunia nya kita diberi kesehatan, sehingga bisa berkumpul pada  acara Majlis Duha

Solawat dan salam semoga terlimpah curahkan  ke junjunan alam yakni habibana wanabiyana kanjeng nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat dan para umatnya yang patuh dan taat menjalankan ajaran-ajaran nya hingga akhir zaman semoga kita termasuk ke dalam nya.

Hadirin yang saya hormati

Dalam kesempatan ini saya akan berpidato yang bertema beriman kepada hari akhir. Beriman kepada hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh  hati bahwa alam semesta berserta isinya akan  dan berganti dengan kehidupan akhirat yang kekal abadi. Beriman kepada hari akhir merupakan rukun iman yang ke 5 artinya umat islam harus yakin dan percaya bahwa hari kiamat itu pasti dating dan kelak manusia akan dibangkitkan kembali dari dalam kubur untuk menerima pengadilan dari Alloh SWT.

Firman Alloh SWT dalam Q.S. Al-Hajj / 22:7 yang berbunyi

¨br&ur sptã$¡¡9$# ×puŠÏ?#uä žw |=÷ƒu‘ $pkŽÏù žcr&ur ©!$# ß]yèö7tƒ `tB ’Îû ͑qç7à)ø9$# ÇÐÈ

Artinya :  Dan sungguh (hari) kiamat itu pasti dating tidak ada keraguan padanya dan sungguh Alloh akan membangkitkan siapa pun yang ada di dalam kubur (Q.S Al-Hajj/22:7)

Berdasarkan Al-Qur`an di atas dijelaskan bahwa hari kiamat itu pasti akan terjadi, tidak ada seorang pun mengetahui nya semua ini menjadi rahasia Alloh SWT. Dan hikmah beriman kepada hari akhir antara lain :

  1. Menjadikan manusia rajin dan bersemangat dalam beribadah
  2. Mendorong manusia berprilaku baik dan mencegah berprilaku buruk
  3. Mendorong manusia menjadi waspada dan berhati-hati dalam hidup nya.

Hadirin yang  saya hormati

 

Cukup sekian yang bisa saya sampaikan terima kasih atas perhatian nya dan saya minta maaf apabila ada kesalahan kata yang tidak berkenan di hati para hadirin.

Wassalamu`alaikum Wr.Wb

conth surat Jaminan

SURAT JAMINAN

ISTRI/SUAMI / ORANG TUA

 

Yang  bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama (Orang tua) :  
Alamat :  
Umur :  
Pekerjaan :  
Lampiran : Fotocopy KTP
Satatus Orang tua dari Sdr :  

 

Dengan ini menyatakan diri memberikan jaminan penuh atas segala sesuatu kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan Sdr.

Apabila di kemudian hari terjadi hal-hal yang menyimpang penyalahgunaan kewenangan/barang/kendaraan milik perusahaan dan menyebabkan kerugian material kepada perusahaan maka saya bersedia bertangungjawab untuk mengganti/ mengembalikan sejumlah kerugian yang ditimbulkan tersebut.

 

Surat perjanjian ini di buat dan dipergunakan untuk jaminan kepada perusahaan atas tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepada Sdr.

 

Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dan diketahui oleh aparat atau pamongpraja setempat.

 

Yang membuat pernyataan jaminan

 

 

Istri/Suami/Orang Tua                         Yang bersangkutan                 Mengetahui RT/RW

 

 

 

 

 

Nama Jelas                                             Nama Jelas                                   Nama Jelas

Stempel RT/RW

conto wawancara bahasa sunda

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Wasta                          :  Bripda Deni Handeni S.E

Padumukan                 : Perum Nagela Blok A RT.003 RW 010 Kel.Cigantang

Kab. Mangkubumi

Tempat Pinggumelar   : Tasikmalaya, 18 Agustus 1964

 

 

 

 

 

 

 

 

Eusi Wawancara

 

Aura : “ Pa bade tumaros jenengan Bapa saha?”
Narasumber : “Bripda Deni Handeni,S.E”
Aura : “ Euu…. Dupi Bapa?”
Tri : “ Dupi bapa linggih di palih mana?”
Narasumber : “Linggih Perum Nangela blok A. RT 003 RW 010 Kelurahan Cigantang Kecamatan Mangkubumi.”
Tri : “Upami lahirna diaman pa ? kaping sabaraha ?
Narasumber : “ Tasikmalaya, 18 Agustus 1964”
Tri : “ Bapa atos nikah ?”
Narasumber : “Atos”
Tri : “Bapa atos kagungan putra?”
Narasumber : “Atos”
Tri : “Dupi taun sabaraha Pak euu.. ieu polsek ngadegna?”
Narasumber : “Polsek Kawalu na…ke heula wang tingali heulanya sakedap ke heula nya 1949, berdirinya polsek Kawalu, upami lokasi pembangunan Polsek kawalu nu enggal ieu 1998”
Aura : “Dupi bapa sabaraha taun dines didieu ?”
Narasumber : “ Bapa teh 7 taun di polsek kawalu kan ualh alih kamari di kabupaten 6 sasih ngalih deui ka Kawalu”
Aura : “Oh muhun”
Tri : “Dupi Bapa nugasna dina bagean naon?”
Narasumber : “Bapa ayuena kanu Reskrim”
Aura : “Eta tèh naon Pak ?”
Narasumber : “Reserse Kriminal”
Aura : “Oh.. heuheuheu…”
Tri : “Bapa pami nugas sok di hiji tempat atanapi aalihan?”
Narasumber : “Upami bapa tadina kan perwira pasti ulah-alih”
Aura : “Oh….”
Tri : “Sabaraha lami Bapa dilantik sateuacan lebet ka kapolisian”
“ Sora Mobil”
Narasumber : “dilantik dulu 1987, teu acan lahir ?”
Sadaya : “Muhun teu acan pa hehehe”
Miftah : “Mamah abi nuju parawan keneh”
Sadaya : “Hehehehe”
Tri : “Bapa lebet ka Kapolisian the kumaha pa manawi tiasa di jentrekeun?”
Narasumber : “Lebet ka Kapolisian … pertama naroskeun persayaratan, udah memenuhi persyaratan teras pendaptaran, dapet nomer, tes, dari mula kesehatan, ”Sora mobil, ngeng ngeng ngenggg,” jasmani, psikotes, pengetahuan umum, tos, sora motor, mobil…..
Tri : “Dibentenkeun teu pa upami daptar istri sareng pameget”
Narasumber : “Ari pendaptaranna mah sami wae, tempatnya  cuma untu pelaksanaan tes khususna kesehatan berbeda tempat, maenya disamikeun pameget jeung istri”
Tri : “Naon ieu tèh?”
Aura : “Pancen”
Tri : “Dupi pancen polisi the aya naon waè pa ?”
Narasumber : “Pancen? Pancen tèh lemes pisan nya basa sunda na naon ?”
Aura : “Tugas Pa”
Narasumber : “Tugas ti kapolisian aya bagian naon waè, kitu nya ?”
Aura : “Muhun Kitu”
Narasumber : “Upami di polsek, polsek kawalu kaleresan tipe na benten, urban kawalu mah,. Aya unit lalu lintas, unit bimas, unit Sabara, unit Intel, unit Reskrim”
Aur : “Eta tèh maksadna unit-unit … anu…. Kumaha pami dijelaskeun maksadna pa?”
Narasumber : “Dari sekian unit-unit tugasna benten-benten”
  :  
Aura : “Oh”
Narasumber : “Sapertos lalu lintas pangaturan penindakan pelanggaran,  Sabara patroli pengaturan Pengawalan, Unit Bimas pembinaan terhadap masyarakat, unit intelejen penyelidikan, unit reskrim penyidikan kejahatan kriminalitas. (sora mobil ngengggggg) misalkan ieu si aa ieu bangor, kasus miras ke ku intel diselidiki, pami si aa (ieu ka hartos) bagèan unit resersing untuk melakukan penyidikan penangkapan kepolisian, ngek bagean Bapa keteh mun bangor. Tah upami unit lalulintas pengaturan di jalan raya apabila ada pelanggaran dilakukan penindakan berupa penilangan”
Aura  + Tri S : “Muhun”
Tri S : “Aya sabaraha hiji bapa anggota di kapolsek?”
Narasumber : “Kango polsek kawalu anggotana sadayana 40 Perwirana 3 terdiri dari Kapolsek, Unit Lantas, Anit Reskrim , kadituna bintara, janten 3 perwira,37 Bintara”
Tri : “Bapa pami didieu rohangan aya sabarahahiji?”
Narasumber : “Ruangan, ruangan itu ruang kapolsek, ruangan nasium pelayanan umum, ruangan lalulintas, raungan intel, ruangan reskrim, ruangan pigmes jeung sabara, jadi setiap unit mempunyai ruangan masing-masing.”
Sadaya : “Ohhh…”
Tri : “Bapa sering mayunan kasus naon waè salami janten polisi ?”
Narasumber : “Upami di unit reksrim pasti berhubungan sareng kriminalitas/kejahatan diantarana penganiyayaan, penipuan dan penggelapan, pencurian yang sering dihadapi di wilayah Kawalu”
Tri : “Bapa upami Bapa mendakan kasus ageing atanapi ehh dilakukeun ku nu murangkalih dibawah umur dupi pangadegan Bapa kumaha?”
Narasumber : “ Tahh… upami ada seseorang yang dibawah umur melakukan tindak pidana sesuai aturan hukum yang berlaku kita proses Cuma perlakuannya berbeda ga seperti orang dewasa yaitu dicandak polres unit PPA perlindungan anak.
Tri : “Bapak, upami putra Bapa ngalanggar aturan boh dina lalulintas atanapi boh ngalanggar hukum sikep Bapa kumaha?”
Narasumber : “Kalau keluarga/ anak melakukan pelanggaran, ya disamakan, Cuma kita liat pelanggarannya juga karna tidak semua harus di tindak oleh hukum pelanggaran itu, ya seperti ade-ade kalau masih bias dibina ya dibina, kalau udah engga bias di bina ya di tindak”
Tri : Dupi susah senang anu diperkaos,”
Aura : ” Dipikaraos”
Tri : “ Di pikaraos ku Bapa salami janten polisi kumaha?”
Narasumber : “Suka dukanya jadi polisi, kalo menangani sauatu kasus, atau perkara dan kit amulai menerima laporan, sampei ke penyelidikan, sampai ke pengungkapan, sampe melakukan penangkapan tersangka, jadi kita seolah-olah kita betul-betul polisi”
Aura + Tri : “oh muhun”
Narasumber : “Misalkan ada seorang melakukan kejahatan polisi kan tidak tau awalnya kemudian melakukan penyidikan-penyidikan nayeta mengungkap siapa pelakunya”
Aura + Tri : “Pa Hatur nuhun waktosna”

 

 

 

 

 

 

 

conto laporan wawancara basa sunda

Wasta                          : Vinka Nadia Octaviani

Padumukan                 : Kp.Karangsari RT 05/ RW 01

Tempat Pinggumelar : Tasikmalaya, 21 Oktober 1995

Pakasaban                   : Kasir

Pangkat                       : –

Jabatan                                    : Kasir

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Eusi Wawancara

 

Kelompok : Ibu jenengananan Saha ?
Narasumber : Vinka Nadia Octavianti
Kelompok : Ibu dupi linggih di palih mana ?
Narasumber : KP. Karangsari RT 05 / RW 01 Desa Sukamantri Kec.Ciawi Kab.Tasikmalaya
Kelompok : Upami lahir na dimana kaping sabaraha ?
Narasumber : Tasikmalaya, 21 Oktober 1995
Kelompok : Ibu tos nikah teu acan ?
Narasumber : acan
Kelompok : Ibu tos kagungan putra
Narasumber : Acan
Kelompok : Ibu dupi deler ieu the dibangun tahun sabaraha ?
Narasumber : 2002
Kelompok : Dupi didieu kagungan sabara hiji padamel ?
Narasumber : 30 padamel
Kelompok : Aya sabara hiji cabang iwal didieu?
Narasumber : 2 I Cikatomas
Kelompok : Tina sadinten sok kenging sabaraha
Narasumber : Tara tangtos
Kelompok : Dibagi sabara bagèan padamelna?
Narasumber : Masing masing bagèan
Kelompok : Dupi padamelna kinten-kinten kaluaran naon waè?
Narasumber : Rata-rata kaluaran SMK
Kelompok : Dupi saratna hoyong lebet damel kana deler tèh naon waè?
Narasumber : Izasah , sertifikat
Kelompok : Ibu dupi dibukana tabuh sabaraha ?
Narasumber : 07.30
Kelompok : Dupi ibu tos sabaraha lami damel didieu?
Narasumber : 3,5 taun
Kelompok : Dupi gajina sok sabaraha ?
Narasumber : 1,5 jt
Kelompok : Tina bagean-bagean padamelan benten-benten gajina atanapi henteu bu ?
Narasumber : Benteun
Kelompok : Sadinten paling sabaraha hiji  motor anu ka ical
Narasumber : Ayalah 30
Kelompok : Dupi pimpinan damel na saha ?
Narasumber   H.Hafis
Kelompok   Upami servis motor spesialisna benten-benten
Narasumber   Muhun
Kelompok   Mun aya nu nyervis ngangge ongkos teu
Narasumber   muhun