teks eksposisi perbandingan dan pertentangan

JENIS-JENIS TEKS EKSPOSISI

  • Perbandingan dan Pertentangan
  1. Perbandingan adalah suatu upaya untuk mengamati persamaan atau perbedaan yang dimiliki oleh dua objek atau lebih yang memiliki suatu kesamaan tertentu.

Paragraf perbandingan adalah suatu peragraf yang didalamnya terdapat kalimat utama yang dikemukakan dengan cara membandingkan dengan hal lain secara koheren atau kohesif.

Ciri-ciri utama paragraf perbandingan

  1. Memiliki kata penghubung yang menyatakan perbandingan, seperti:
  • Seperti halnya;
  • Demikian jga;
  • Sama dengan;
  • Selaras dengan;
  • Sesuai dengan;
  • Berbeda dengan;
  1. Hal yang dipakai sebagai perbandingan harus bersifat konkret atau paling tidak sudah diketahui oleh masyarakat umum.
  2. Bersifat netral atau tidak menjelek-jelekkan suatu objek yang dibahas atau didiskusikan.
  3. Penulis menyampaikan gagasan utamanya dengan cara membandingkannya dengan suatu hal lainnya.

 

 

 

 

  1. Pertentangan adalah sebuah teks eksposisi yang menyajikan berbagai macam ulasan yang berisi pertentangan antara satu hal dengan hal lainnya.

Paragraf pertentangan adalah paragraf yang berisi tentang pertentangan akan suatu hal dengan hal lainnya. Paragraf pertentangan membandingkan dua hal yang berlawanan atau bertentangan dengan menonjolkan perbedaannya saja dan memihak suatu objek.

Ciri-ciri utama eksposisi pertentangan

  • Paragraf yang dibuat untuk menjelaskan pertentangan dengan membandingkan dua hal yang berlawanan.
  • Memihak kepada salah satu objek yang menjadi pembahasan.
  • Di dalam paragraf memiliki kata penghubung yang mempertentangkan dengan ide ataupun gagasan lain yaitu biarpun, walaupun, berbeda, berbeda dengan, akan tetapi, sebaliknya, melainkan, namun, meskipun begitu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menurut Ilyas Faizal A

Nilai-nilai hasil mengerjakan tugas eksposisi menurut Ilyas

Chintia            : 89

Alasan             : Chintia sangat bertanggung jawab, rajin dalam mengerjakan tugas dan dia benar-benar ingin kelompoknya paling bagus.

 

Hikmat                        : 82

Alasan             : Hikmat menjalankan tgas sebisa dia, tetapi Hikmat tidak sangat bersemangat.

 

Mutia               : 88

Alasan             : Mutia bersemangat dalam menghafal materi yang akan dipresentasikan dan tidak mengeluh.

 

Rezi                 : 82

Alasan             : Rezi bersemangat dalam mengerjakan apa yang harus Rezi kerjakan, tetapi ia kurang giat.

 

Selvi                : 89

Alasan             : Sangat bertanggungjawab dalam apa yang dikerjakannya atau ditugaskannya.

 

Menurut Mutia Fadhila P

Nilai-nilai hasil mengerjakan tugas eksposisi menurut Mutia Fadhila P

Rezi                 : 81

Alasan             : Tidak begitu giat, tetapi semangat dalam mengerjakan tugas.

 

Selvi                : 89

Alasan             : Semangat dalam mengerjakan tugas ini.

 

Chintia                        : 90

Alasan             : Semangat dan bertanggungjawab sebagai koordinator dan ingin kelompoknya sukses.

Hikmat                        : 80

Alasan             : Hikmat bagus dalam mengerjakan tugas, tetapi tidak terlalu semangat.

 

Ilyas                : 89

Alasan             : Ilyas semangat dan bagus, tetapi banyak mengeluh.

 

Menurut Selvi Rivana

Nilai-nilai hasil mengerjakan tugas eksposisi menurut Selvi Rivana

Chintia                        : 90

Alasan             : Karena Chintia orangnya bertanggungjawab. Rajin mengerjakan tugas dan Chintia orangnya ingin supaya kelompok kita benar-benar dalam segala hal.

 

Hikmat                        : 80

Alasan             : Karena Hikmat menuruti apa yang telah ditugaskannya, tetapi Hikmat tidak lebih semangat.

 

Ilyas                : 85

Alasan             : Karena Ilyas giat dan semangat apa yang dikerjakannya.

 

Rezi                 : 80

Alasan             : Semangat apa yang ditugasinya, tetapi Rezi kurang lebih giat dalam melakukan tugas ini.

 

Mutia               : 90

Alasan             : Mutia lebih semangat dan giat untuk menghafal materi apa yang akan diterangkannya nanti di depan.

 

Menurut Chintia Nurul Fadya

Nilai-nilai hasil mengerjakan tugas eksposisi menurut Chintia Nurul Fadya

Hikmat                        : 78

Alasan             : Karena dia tidak terlalu semangat dalm mengerjakan tugas.

 

Rezi                 : 80

Alasan             : Semangat tetapi krang disiplin dan giat.

 

Ilyas                : 82

Alasan             : Karena banyak mengeluh dalam mengerjakan tugas, tetapi semangat dalam mengerjakannya.

 

Mutia               : 89

Alasan             : Mudah menghafal dan semangat dalam mengerjakan tugas.

 

Selvi                : 89

Alasan             : Semangat dalam mengerjakan tugas dan selalu nurut apa yang saya tugaskan.

 

Menurut Hikmat Sari Mukti

Nilai-nilai hasil mengerjakan tugas eksposisi menurut Hikmat Sari Mukti

Chintia                        : 90

Alasan             : Karena Chintia rajin dan semangat.

 

Ilyas                : 80

Alasan             : Ilyas orangnya rajin, tekun, tapi dia orangnya pemalu.

 

Rezi                 : 80

Alasan             : Rezi orangnya ramai dan semangat untuk mengerjakan tugas kelompok.

 

Mutia               : 90

Alasan             : Mutia lebih semangat dan giat untuk mencari materi-materi yang ditugaskan.

 

Selvi                : 85

Alasan             : Selvi orangnya rajin dan tekun.

 

Menurut Rezi

Nilai-nilai hasil mengerjakan tugas eksposisi menurut Rezi

Chintia                        : 89

Alasan             : Chintia sangat bertanggungjawab dalam tugas dan dia benar-benar sangat rajin.

 

Ilyas                : 84

Alasan             : Ilyas mengerjakan tugas sebisa dia tetapi Ilyas tidak sangat bersemangat.

 

Mutia               : 89

Alasan             : Mutia terus bersemangat untuk menghafal materi yang akan dipresentasikan.

 

Selvi                : 89

Alasan             : Selvi sangat bertanggungjawab dalam apa yang disuruh dalam kelompok.

 

Hikmat                        : 84

Alasan             : Hikmat bersemangat mengerjakan apa yang harus Hikmat kerjakan, tetapi ia kurang giat.

 

Kemelut di Majapahit

Kemelut di Majapahit

Dikisahkan di sebuah kerajaan yang bernama Majapahit ada seorang laki-laki bernama Raden Wijaya yang diangkat sebagain raja pertama kerajaan Majapahit. Beliau pun tidak melupakan jasa-jasa para senopati yang setia membantunya sejak dulu. Mereka masing-masing diberikan pangkat, Ronggo Lawe pun diangkat menjadi adipati di Tuban.

Sang Raja menikahi empat putri mendiang raja Kartanegara, ia menikahi empat putri tersebut karena beliau tidak ingin menghendaki adanya dendam dan perebutan kekuasaan kelak, tiba-tiba tanpa diduga oleh siapapun Sang Raja telah menikah lagi dengan seorang putri dari Melayu. Istri-istri sang Raja amatlah terkejut. Keempat putri yang diperistrin oleh Raja Raden Wijaya antara lain Dyah Tribunan yang menjadi permaisuri, yang kedua Dyah Nara Indraduhita, yang ketiga Dyah Jaya Inderadewi yang sangat ia kasihi dibandingkan dengan istri yang lainnya dan yang keempat Dyah Gayatri yang merupakan putri bungsu dari mendiang Raja. Saat itu sang Prabu terpikat hatinya oleh seorang Putri yang bernama Dara Petak dan menjadikan istri yang kelima.

Kemudian terjadilah persaingan dari diantara para istri Raden Wijaya yang dilakukan secara diam-diam. Persaingan ini dilakukan secara diam-diam. Persaingan ini dilakukan untuk memperebutkan cinta serta kasih sayang dan perhatian dari sang Raja, tetapi Raja tidak menyadari akan persaingan tersebut, karena mereka tidak menunjukkannya di depan Raja. Namun persainagn tersebut terasa oleh para senopati, dari sanalah perpecahan secara diam-diam telah terjadi antara mereka yang berpihak kepada Dyah Gayatri selaku putri dari mendiang Raja dan mereka yang berpihak kepada Dara Petak selaku Putri dari keturunan negeri Melayu.

Ronggo Lawe berpihak kepada Dyah Gayatri karena ia adalah seorang istri yang amat setia saat zaman mendiang Raja Kartanegara. Persaingan pun dilakukan dengan sangat rapi, karena tidak ingin diketahui raja. Akan tetapi, pada saat itu terjadi hal yang membakar hati Ronggo Lawe, yaitu ketika diangkatnya Patih Hamengkubumi, Patih dikerajaan Majapahit. Sang Raja mengangkatnya menjadi pembesar yang tertinggi dan paling berkuasa setelah raja, yaitu senopati Nambi. Pengangkatan ini didasari dan dipengaruhi oleh bujuk rayu Dara Petak. Mendengar kabar itu Ronggo Lawe marang tak terbendung, ia yang sedang makanpun membantingkan nasi dipiringnya ke lantai, kedua istri Ronggo Lawe yaitu Dewi Mertorogo dan Tirtowati pun terkejut atas hal yang dilakukan suaminya. Kedua istrinya pun menenangkan Ronggo Lawe agar tidak berlarut-larut dalam kemarahannya itu. Akan tetapi, ia sudah terlanjur marah dan ia pun pergi menghadap Sang Raja Raden Wijaya. Semula kedua istrinya mencegah Ronggo Lawe untuk pergi tapi Ronggo Lawe ngotot dan tetap pergi ke kerajaan Majapahit dan didampingi oleh kuda kesayangannya.

Tak lama diperjalanan, Ronggo Lawe tiba di kerajaan Majapahit. Semua penghuni kerajaan amat terkejut ketika Ronggo Lawe datang tak ada angin dan tak ada hujan datang ke kerajaan Majapahit tanpa dipanggil terlebih dahulu. Padahal sudah lama adipati Tuban ini tidak berunjung ke kerajaan Majapahit. Sang Raja terheran-heran dengan kedatangan Ronggo Lawe. Namun ia berfikir positif terhadap Ronggo Lawe karena Ronggo Lawe merupakan tulang punggungnya yang sangat setia dan mengabdi kepadanya. Didalam kemarahan dan kekecewaan hatinya, Ronggo Laweu pun menyembah dan berkata dengan suara lantang. “Hamba sengaja mendatangi kerajaan ini menghadap paduka dengan maksud untuk mengingatkan paduka dari kekhilafan yang paduka lakukan diluar kesadaran Paduka!” Semua orang yang menyaksikan kerajaan tersebut langsung terbelalak ketika mendengar apa yang diucapkan Ronggo Lawe terhadap sang Raja. Sang Raja pun memandangnya dengan mata penuh perhatian, kemdudian dengan kewibawaannya ia bertanya “Kakang Ronggo Lawe, apakah meksudmu dengan ucapan itu?” Ronggo Lawe pun menjawab pertanyaan Raja Raden Wijaya dengan lantang dan tanpa adanya keraguan “Yang hamba maksudkan tidak lain dan tidak bukan adalah pengangkatan Nambi sebagai patih Paduka! Keputusan yang paduka ambil ini sungguh tidak tepat dan tidak bijaksana. Hamba yakin bahwa paduka telah terbujuk dan dipengaruhi oleh suara di belakang! Pengangkatan Nambi sebagai Patih Hamangkubumi merupakan suatu kekeliruan ynag sangat besar. Padahal paduka terkenal sebagai seorang Maharaja yang arif, bijaksana, dan adil!”

Sungguh hebat sekali ucapan yang dilontarkan oleh Ronggo Lawe itu, ia tidak ragu menghadap snag Raja tanpa dipanggil dan menegur Raja dengan lantangnya. Semua senopati dan pembesar yang saat itu ada di tempat kejadian sangat terkejut dan sebagian besar marah sekali, tetapi mereka tidak berani mencampuri urusan itu karena menghormati Sang Raja. Tetapi, Sang Raja tetap tenang bahkan tersenyum ketika memadang Ronggo Lawe, lalu berkata “Kakang Ronggo Lawe, tindakanku mengangkat Kakang Nambi sebagai patih Hamangkubumi bukanlah tindakan ngawur belaka, melainkan telah dipikirkan secara matang, bahkan telah mendapat persetujuan dari semua paman dan kakang senopati serta semua pembantuku. Bagaimana Kakang Ronggo Lawe bias mengatakan bahwa pengangkatan itu tidak tepat dan tidak adil?” Dengan suara yang dirundung oleh amarah, Ronggo Lawe berkata lantang “Tentu saja tidak tepat! Paduka sendiri tahu siapa itu Nambi! Paduka tentu masih ingat akan segala tindak-tanduk dan sepak terjangnya dahulu! Dia itu seorang bodoh, lemah, rendah budi, penakut, tidak sama sekali memiliki kewibawaan” . mendengar ucapan itu, Raja tetap bersikukuh bahwa pilihan mengangkat Nambi sebagai Patih adalah keputusan tepat. Hal it membuat Ronggo Lawe marahnya memuncak dan tidak dapat diredam lagi. Ronggo lawe pun berkata ”Hamba sangat kecewa dengan keputusan yang paduka ambil. Mulai saat ini dan detik ini juga tali persaudaraan yang sudah kita rajut bersama sampai cukup disini! Jangan pernah cari hamba apabila ada sesuatu yang terjadi dengan paduka dan kerajaan Paduka! Hamba cukup sakit dengan semua yang telah paduka lakukan ini!”. Setelah mengucapkan ucapan kata tersebut Ronggo Lawe pun pergi meninggalkan kerajaan Majapahit dengan kekecewaan yang sangat mendalam. Raja pun snagat sedih dengan hal yang dilakukan oleh Ronggo Lawe. Ia sempat mencegah agar Ronggo Lawe tidak pergi, tapi Ronggo Lawe membulatkan tekad untuk pergi jauh serta meninggalkan semua kenangan bersama Raden Wijaya.

Akhirnya, putus sudah tali persaudaraan diantara mereka yang sudah terjalin sekian lama. Raja pun berharap semoga Ronggo Lawe tetap dalam keadaan baik-baik saja, meskipun sudah tidak berada disisinya lagi sebagai orang setia mendampingi Raja. Ia akan tetap dan selalu mengenang masa-masa indahnya ketika masih bersama dengan Ronggo Lawe.

 

contoh surat keterangan pembelajaran

DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH DARUL HIKMAH-PERUM MITRA BATIK

KELURAHAN MULYASARI KECAMATAN TAMAN SARI KOTA TASIKMALAYA

 

 

 

 

SURAT KETERANGAN

Nomor : 02/DH/06/2018

 

 

 

Yang bertanda tangan  di bawah ini kepala DTA Darul Hikmah, dengan ini menerangkan bahwa :

 

Nama                           : YASER ARSALA HAFIZ

NIS                             : 1617218

Tempat/Tgl/Lahir        : Tasikmalaya, 14 Juni 2006

Nama Ayah                 : IWAN HERMAWAN

Alamat                                    : Perum Mitra Batik Blok E No. 234

 

Benar nama yang tersebut diatas terdaftar sebagai siswa yang telah mengikuti ujian akhir DTA Tahun pelajaran 2017/2018.

Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya untuk di pergunakan memenuhi persyaratan.

 

 

 

Tasikmalaya, 09 Juni 2018

a.n Kepala Sekolah Darul Hikmah

 

 

 

 

PIPIH SOPIATI, S.Ag.

contoh surat pertanggungjawaban mutlak

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK

ORANG TUA / WALI

 

 

 

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Lengkap Orang Tua  : ……………………………………………………………………

Nama Calon Siswa               : ……………………………………………………………………

Alamat Rumah                       : ……………………………………………………………………

……………………………………………………………………

No. HP /email                         : ……………………………………………………………………

 

MENYATAKAN

 

  1. Bahwa seluruh data/informasi yang diberikan dalam dokumen-dokumen persyaratan PPDB ini adalah benar.
  2. Bahwa saya tidak akan melakukan suap menyuap dan / atau perbuatan yang melawan hukum dalam pelaksanaan PPDB ini.
  3. Apabila dikemudian hari ternyata apa yang saya nyatakan tersebut tidak benar, maka saya bersedia dikenakan sanksi/hukuman menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
  4. Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar, tanpa paksaan, dan dibuat dengan sebenar-benarnya.

 

 

 

 

Tasikmalaya, ……………………

Yang membuat pernyataan

 

 

Bermaterai

6000

 

 

 

……………………………………

 

 

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK

PEJABAT / ORGANISASI

 

 

 

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Lengkap                    : AGUS ROHMAN, S.Pd., M.Si.

Jabatan                                 : KEPALA SEKOLAH

Organisasi/Instansi             : SMP NEGERI 12 TASIKMALAYA

Alamat Kantor                      : JL.PERINTIS KEMERDEKAAN NO : 285 TASIKMALAYA

No. HP/ email                       : (0265) 335048/smpn12tsm@yahoo.com

 

 

MENYATAKAN

 

  1. Bahwa seluruh data/informasi yang diberikan tentang keterangan SKTM atas nama ……………………… ANGGI TRISNA………………………… adalah benar.

 

  1. Surat ini diajukan sebagai bahan pertimbangan bagi panitia PPDB untuk seleksi Peserta Didik baru sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

 

Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar, tanpa paksaan, dan dibuat dengan sebenarnya.

 

 

 

 

 

Tasikmalaya, 13 Juni 2017

Yang membuat pernyataan

 

 

Bermaterai

6000

 

 

 

AGUS ROHMAN,S.Pd.,M.Pd

NIP. 19650927 198903 1 008

Tragedi di Kerajaan Majapahit

Kemelut di Majapahit

Dikisahkan di sebuah kerajaan yang bernama Majapahit ada seorang laki-laki bernama Raden Wijaya yang diangkat sebagain raja pertama kerajaan Majapahit. Beliau pun tidak melupakan jasa-jasa para senopati yang setia membantunya sejak dulu. Mereka masing-masing diberikan pangkat, Ronggo Lawe pun diangkat menjadi adipati di Tuban.

Sang Raja menikahi empat putri mendiang raja Kartanegara, ia menikahi empat putri tersebut karena beliau tidak ingin menghendaki adanya dendam dan perebutan kekuasaan kelak, tiba-tiba tanpa diduga oleh siapapun Sang Raja telah menikah lagi dengan seorang putri dari Melayu. Istri-istri sang Raja amatlah terkejut. Keempat putri yang diperistrin oleh Raja Raden Wijaya antara lain Dyah Tribunan yang menjadi permaisuri, yang kedua Dyah Nara Indraduhita, yang ketiga Dyah Jaya Inderadewi yang sangat ia kasihi dibandingkan dengan istri yang lainnya dan yang keempat Dyah Gayatri yang merupakan putri bungsu dari mendiang Raja. Saat itu sang Prabu terpikat hatinya oleh seorang Putri yang bernama Dara Petak dan menjadikan istri yang kelima.

Kemudian terjadilah persaingan dari diantara para istri Raden Wijaya yang dilakukan secara diam-diam. Persaingan ini dilakukan secara diam-diam. Persaingan ini dilakukan untuk memperebutkan cinta serta kasih sayang dan perhatian dari sang Raja, tetapi Raja tidak menyadari akan persaingan tersebut, karena mereka tidak menunjukkannya di depan Raja. Namun persainagn tersebut terasa oleh para senopati, dari sanalah perpecahan secara diam-diam telah terjadi antara mereka yang berpihak kepada Dyah Gayatri selaku putri dari mendiang Raja dan mereka yang berpihak kepada Dara Petak selaku Putri dari keturunan negeri Melayu.

Ronggo Lawe berpihak kepada Dyah Gayatri karena ia adalah seorang istri yang amat setia saat zaman mendiang Raja Kartanegara. Persaingan pun dilakukan dengan sangat rapi, karena tidak ingin diketahui raja. Akan tetapi, pada saat itu terjadi hal yang membakar hati Ronggo Lawe, yaitu ketika diangkatnya Patih Hamengkubumi, Patih dikerajaan Majapahit. Sang Raja mengangkatnya menjadi pembesar yang tertinggi dan paling berkuasa setelah raja, yaitu senopati Nambi. Pengangkatan ini didasari dan dipengaruhi oleh bujuk rayu Dara Petak. Mendengar kabar itu Ronggo Lawe marang tak terbendung, ia yang sedang makanpun membantingkan nasi dipiringnya ke lantai, kedua istri Ronggo Lawe yaitu Dewi Mertorogo dan Tirtowati pun terkejut atas hal yang dilakukan suaminya. Kedua istrinya pun menenangkan Ronggo Lawe agar tidak berlarut-larut dalam kemarahannya itu. Akan tetapi, ia sudah terlanjur marah dan ia pun pergi menghadap Sang Raja Raden Wijaya. Semula kedua istrinya mencegah Ronggo Lawe untuk pergi tapi Ronggo Lawe ngotot dan tetap pergi ke kerajaan Majapahit dan didampingi oleh kuda kesayangannya.

Tak lama diperjalanan, Ronggo Lawe tiba di kerajaan Majapahit. Semua penghuni kerajaan amat terkejut ketika Ronggo Lawe datang tak ada angin dan tak ada hujan datang ke kerajaan Majapahit tanpa dipanggil terlebih dahulu. Padahal sudah lama adipati Tuban ini tidak berunjung ke kerajaan Majapahit. Sang Raja terheran-heran dengan kedatangan Ronggo Lawe. Namun ia berfikir positif terhadap Ronggo Lawe karena Ronggo Lawe merupakan tulang punggungnya yang sangat setia dan mengabdi kepadanya. Didalam kemarahan dan kekecewaan hatinya, Ronggo Laweu pun menyembah dan berkata dengan suara lantang. “Hamba sengaja mendatangi kerajaan ini menghadap paduka dengan maksud untuk mengingatkan paduka dari kekhilafan yang paduka lakukan diluar kesadaran Paduka!” Semua orang yang menyaksikan kerajaan tersebut langsung terbelalak ketika mendengar apa yang diucapkan Ronggo Lawe terhadap sang Raja. Sang Raja pun memandangnya dengan mata penuh perhatian, kemdudian dengan kewibawaannya ia bertanya “Kakang Ronggo Lawe, apakah meksudmu dengan ucapan itu?” Ronggo Lawe pun menjawab pertanyaan Raja Raden Wijaya dengan lantang dan tanpa adanya keraguan “Yang hamba maksudkan tidak lain dan tidak bukan adalah pengangkatan Nambi sebagai patih Paduka! Keputusan yang paduka ambil ini sungguh tidak tepat dan tidak bijaksana. Hamba yakin bahwa paduka telah terbujuk dan dipengaruhi oleh suara di belakang! Pengangkatan Nambi sebagai Patih Hamangkubumi merupakan suatu kekeliruan ynag sangat besar. Padahal paduka terkenal sebagai seorang Maharaja yang arif, bijaksana, dan adil!”

Sungguh hebat sekali ucapan yang dilontarkan oleh Ronggo Lawe itu, ia tidak ragu menghadap snag Raja tanpa dipanggil dan menegur Raja dengan lantangnya. Semua senopati dan pembesar yang saat itu ada di tempat kejadian sangat terkejut dan sebagian besar marah sekali, tetapi mereka tidak berani mencampuri urusan itu karena menghormati Sang Raja. Tetapi, Sang Raja tetap tenang bahkan tersenyum ketika memadang Ronggo Lawe, lalu berkata “Kakang Ronggo Lawe, tindakanku mengangkat Kakang Nambi sebagai patih Hamangkubumi bukanlah tindakan ngawur belaka, melainkan telah dipikirkan secara matang, bahkan telah mendapat persetujuan dari semua paman dan kakang senopati serta semua pembantuku. Bagaimana Kakang Ronggo Lawe bias mengatakan bahwa pengangkatan itu tidak tepat dan tidak adil?” Dengan suara yang dirundung oleh amarah, Ronggo Lawe berkata lantang “Tentu saja tidak tepat! Paduka sendiri tahu siapa itu Nambi! Paduka tentu masih ingat akan segala tindak-tanduk dan sepak terjangnya dahulu! Dia itu seorang bodoh, lemah, rendah budi, penakut, tidak sama sekali memiliki kewibawaan” . mendengar ucapan itu, Raja tetap bersikukuh bahwa pilihan mengangkat Nambi sebagai Patih adalah keputusan tepat. Hal it membuat Ronggo Lawe marahnya memuncak dan tidak dapat diredam lagi. Ronggo lawe pun berkata ”Hamba sangat kecewa dengan keputusan yang paduka ambil. Mulai saat ini dan detik ini juga tali persaudaraan yang sudah kita rajut bersama sampai cukup disini! Jangan pernah cari hamba apabila ada sesuatu yang terjadi dengan paduka dan kerajaan Paduka! Hamba cukup sakit dengan semua yang telah paduka lakukan ini!”. Setelah mengucapkan ucapan kata tersebut Ronggo Lawe pun pergi meninggalkan kerajaan Majapahit dengan kekecewaan yang sangat mendalam. Raja pun snagat sedih dengan hal yang dilakukan oleh Ronggo Lawe. Ia sempat mencegah agar Ronggo Lawe tidak pergi, tapi Ronggo Lawe membulatkan tekad untuk pergi jauh serta meninggalkan semua kenangan bersama Raden Wijaya.

Akhirnya, putus sudah tali persaudaraan diantara mereka yang sudah terjalin sekian lama. Raja pun berharap semoga Ronggo Lawe tetap dalam keadaan baik-baik saja, meskipun sudah tidak berada disisinya lagi sebagai orang setia mendampingi Raja. Ia akan tetap dan selalu mengenang masa-masa indahnya ketika masih bersama dengan Ronggo Lawe.

 

Cerita Kemelut di Majapahit

Kemelut di Majapahit

(Algi Sapitri)

Malam mencekam telah sirna, mentaripun mulai menampakkan wujudnya yang muncul bersama dengan sorak kebahagiaan para penghuni kerajaan. Lelah mereka telah terobati, kesakitan mereka tak dirasa lagi. Setelah Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari jasa-jasa para senopati yang setia dan selalu membantu Raden Wijaya. Akan tetapi,ketentraman itu tak bertahan lama. Sang Prabu yang telah menikah dengan empat orang putri mendiang Raja Kertanegara telah menikah lagi dengan seorang putri dari Melayu. Sang Prabu menikahi semua putri mendiang Raja agar tidak ada dendam dan perebutan kekuasaan kelak. Akan tetapi, hal tersebut tidaklah benar,karena hal itulah yang menyebabkan ketegangan kembali terasa di Kerajaan Majapahit. Putri mendiang Raja Kertanegara yang dinikahi Raden Wijaya antara lain Dyah Tribunnan yang menjadi permaisuri, yang kedua Dyah Nara Inderaduhita, ketiga Dyah Jaya Inderadewi dan yang keempat adalah Dyah Gayatri. Dyah Gayatri dipanggil Retno Sutawan atau Rajapatni yang berarti “terkasih”. Karena Dyah Gayatri merupakan istri yang paling dikasihi Raden Wijaya. Dyah Gayatri terkenal di seluruh negeri dengan kecantikannya yang seperti seorang dewi kahyangan dan ia sangat dipuja-puja oleh para sastrawan di masa itu. Akan tetapi,datanglah pasukan Pamalayu. Pasukan yang beberapa tahun lalu diutus oleh mendiang Sang Prabu Kertanegara ke negeri Melayu. Pasukan yang dipimpin oleh Kebo Anabrang atau juga Mahisa Anabrang ini berhasil membawa pulang dua orang putri bersaudara. Putri yang paling muda bernama Dara Petak,karena kecantikannya, Sang Prabu Kertarajasa terpikat hatinya. Maka diambilah Dyah Dara Petak menjadi istri kelimanya. Dyah Dara Petak pun menjadi saingan terberat Dyah Gayatri, karena Dara Petak memang cantik dan pandai membawa diri. Hari demi hari persaingan antar istri terus terjadi. Persaingan dalam memperebutkan cinta kasih dan perhatian Sang Prabu ini tentu saja terjadi secara diam-diam. Namun, Sang Prabu sendiri belum menyadari persaingan ini. Pengaruh persaingan itu terasa benar oleh para senopati dan mulailah terjadi perpecahan diantara mereka.

Ada yang mendukung Dyah Gayatri dan ada juga yang mendukung Dyah Dara Petak. Ronggo Lawe seorang Adipati yang  amat setia sejak zaman Prabu Kertanegara tentu saja berpihak kepada Dyah Gayatri. Persaingan antara Dyah Gayatri dan Dyah Dara Petak tidak memberikan dampak yang hebat bagi kerajaan. Akan tetapi, terjadilah suatu hal yang sangat membakar hati Ronggo Lawe, yaitu pengangkatan Patih Hamangkubumi menjadi pembesar yang tertinggi dan paling berkuasa setelah Raja yaitu Senopati Nambi. Pengangkatan tersebut memang banyak dipengaruhi oleh istri kelima Raja. Adipati Ronggo Lawe pun sangat marah mendengar kabar tersebut. Ronggo Lawe yang saat itu sedang makan bersama kedua istrinya yaitu Dewi Mertogoro dan Tirtowati langsung membanting nasi hingga nasi tersebut amblass ke lantai. Dewi amertogoro pun kaget dan khawatir, ”Kakangmas Adipati, harap Paduka tenang”. Dewi mertogoro mencoba menghibur suaminya. “Ingatlah kakangmas tidaklah baik mengembalikan berkah ibu pertiwi seperti itu” kata Tirtowati. Namun, amarah telah menutup hati Ronggo Lawe. Ia pun segera bangkit dan pergi ke Kerajaan Majapahit. Tak lama kemudian Ronggo Lawe tiba di Kerajaan Majapahit dan segera menghadap Sri Baginda, ”Hamba sengaja datang menghadap Paduka untuk mengingatkan kekhilafan yang Paduka lakukan”. Sang Prabu pun bertanya “Kakang Ronggo Lawe, apakah maksudmu dengan ucapan itu?”. Ronggo Lawe menjawab “Yang hamba maksudkan adalah mengapa Paduka mengangkat Nambi menjadi Papatih Paduka? Keputusan yang Paduka ambil sungguh tidak tepat dan tidak adil, padahal Paduka terkenal sebagai seorang Maharaja yang arif, bijaksana, dan adil!”. Prabu Kertarajasa tetap tenang, bahkan tersenyum dan berkata “Kakang Ronggo Lawe, tindakanku mengangkat Kakang Nambi sebagai Patih Hamangkubumi bukanlah merupakan tindakan ngawur. Hal ini telah dipikirkan dan dipertimbangkan bahkan sudah disetujui oleh semua paman dan Kakang Senopati. Bagaimana Kakang Ronggo Lawe dapat mengatakan bahwa hal tersebut tidak tepat?”. Ronggo Lawe menjawab “Tentu saja tidak tepat. Paduka sendiri tahu si Nambi itu! Paduka tentu masih ingat akan segala sepak terjang dan tindak-tanduknya dahulu! Dia seorang yang bodoh, lemah, rendah budi, penakut, sama sekai tidak memiliki wibawa”. Sang Prabu pun berkata “Sudahlah Kakang tidak baik membicarakan keburukan orang. Kakang kan sudah saya beri pangkat menjadi Adipati di Tuban”. Ronggo Lawe semakin marah “Sudah bertahun-tahun saya menunggu jabatan sebagai Patih Hamengkubumi, tapi Paduka malah memberikanya pada orang lain. Sebaiknya biar saya saja yang menjadi Raja Majapahit!”. Ronggo Lawe menyerang Sang Prabu dengan sebuah pedang yang dibawanya. Namun naas pedang tersebut malah mengenai Dyah Gayatri. Ronggo Lawe sangat terkejut. Prabu Kertarajasa sangat marah dan terpukul. Dyah Gayatri pun terjatuh dengan darah yang tidak berhenti mengalir dari punggungnya. “Rajapatni bertahanlah jangan tinggalkan Kakanda, Rajapatni”. Prabu Kertarajasa menangis sambil mengelus pipi Dyah Gayatri.”Kakanda janganlah bersedih,biarlah Adinda yang pergi. Setidaknya hidup Adinda tidak sia-sia karena telah menyelamatkan orang yang Adinda cintai”. Dyah Gayatri pun menutup mata untuk selamanya. Melihat hal tersebut Prabu Kertarajasa terenyuh hatinya ia menangis sambil memeluk istri tercintanya. “Dyah Gayatri kau akan selalu menjadi istriku yang terbaik,yang paling cantik dan tidak akan ada yang menandingi ketulusanmu”. Akhirnya,di sore hari yang diselimuti air mata duka,Dyah Gayatri telah selesai dimakamkan dan Ronggo Lawe di hukum gantung. Kerajaan Majapahit kembali tentram meskipun suasana duka masih terpancar dari sorot mata Sang Raja.

 

 

Kemelut di Majapahit

Nama : Leni Halmawati

Kelas : XII MIPA 3

Kemelut di Majapahit

Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit yang pertama. Beliau mengangkat Ronggo Lawe menjadi Adipati di Tuban serta para Senopati lainnya pun diberi pangkat karena mereka telah setia dan banyak membantu beliau.

Kemudian Sang Prabu menikahi keempat putri mendiang Raja Kertanegara. Karena beliau tidak ingin adanya dendam dan perebutan kekuasaan kelak.

Namun, kedatangan pasukan ekspedisi yang membawa dua orang putri bersaudara ini dari Malayu, membuat Sang Prabu terpikat oleh kecantikan putri yang kedua yaitu Dara Petak. Dan dijadikannya istri sah yang kelima.

Seiring berjalannya waktu, persaingan diantara para istri pun terjadi. Mereka memperebutkan cinta, kasih, dan perhatian Sri Baginda yang tentu nya akan mengangkat derajat dan kekuasaannya masing masing. Ronggo Lawe yang setia sejak zaman dahulu tentu saja berpihak kepada Dyah Gayatri. Namun, persaingan diam diam ini tidak sampai menjalar jadi permusuhan terbuka. Sampai akhirnya Sang Prabu mengangkat Senopati Nambi menjadi pembesar tertinggi dan paling berkuasa setelah Raja. Hal ini membakar hati Ronggo Lawe.

Pengangkatan ini banyak terpengaruh oleh bujukan Dara Petak. Mendengar berita itu, Ronggo Lawe marah bahkan ia membanting nasi nya ke atas lantai serta ujung meja yang diremasnya pun sampai hancur. Kedua istri nya pun menghiburnya akan tetapi Ronggo Lawe pergi menemui Prabu.

Sesampainya ditempat Sang Prabu, ia menghadap Sri Baginda dan dengan suara lantangnya Ronggo Lawe melontarkan penolakannya terhadap pengangkatan Senopati Nambi. Semua orang terkejut mendengar perkataan Ronggo Lawe dan sebagian juga ada yang marah tetapi mereka tidak mencampuri karena menghormati Sang Prabu. Akan tetapi sang Prabu tetap tenang dan tersenyum kepada Ronggo Lawe. Sang Prabu menyatakan bahwa pengangkatan Nambi sebagai Patih Hamangkubumi telah dipertimbangkan dengan matang dan telah mendapat persetujuan dari yang lain. Dengan muka merah Ronggo Lawe berkata dengan lantang bahwa pengangkatan tersebut menurutnya tidak tepat karena menurutnya Nambi adalah seorang yag bodoh, lemah, dan sama sekali tidak berwibawa. Dengan sangat marah dan kecewa Ronggo Lawe meninggalkan Kerajaan.

Cerita Majapahit , Kemelut Di Majapahit

 

Kemelut di Majapahit

Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama. Beliau tidak melupakan jasa jasa para senopati yang setia dan banyak membantunya. Ronggo Lawe diangkat menjadi adipati di Tuban serta yang lainnya diberi pangkat juga.

Sang prabu telah mengawini empat putri mendiang Raja Kertanegara. Keempat putri itu adalah Dyah Tribunan yang menjadi permaisuri, yang kedua adalah Dyah Nara Indraduhita, ketiga adalah Dyah Jaya Inderadewi, dan yang juga disebut Retno Sutawan atau Rajapatni yang berarti “terkasih” karena memang putri bungsu dari mendiang Kertanegara ini menjadi istri yang paling dikasihinya. Hal ini dilakukannya karena beliau tidak menghendaki adanya dendam dan perebutan kekuasaan kelak.

Akan tetapi, datanglah pasukan yang beberapa tahun lalu diutus oleh Sang Prabu ke negeri Malayu. Pasukan ekspedisi yang berhasil baik ini membawa pulang dua orang putri bersaudara. Sang prabu terpikat oleh kecantikan putri yang kedua, yaitu Dara Petak. Maka, diambillah putri itu menjadi istrinya yang kelima.

Terjadilah persaingan diantara para istri, yang dilakukan secara diam diam dalam memperebutkan cinta kasih dan perhatian Sri Baginda. Tentu saja, Ronggo Lawe yang setia sejak zaman Prabu Kertanegara, berpihak kepada Dyah Gayatri. Namun, persaingan dan kebencian secara diam diam itu tidak sampai menjalar menjadi permusuhan terbuka. Sampai akhirnya Sang Prabu mengangkat Senopati Nambi menjadi pembesar tertinggi dan paling berkuasa sesudah raja, yang tentu saja membakar hati Ronggo Lawe.

Pengangkatan ini memang banyak terpengaruh oleh bujukan Dara Petak. Mendengar pengangkatan patih ini, Ronggo Lawe marah bukan main. Nasi yang sedang dikepalnya dibanting keatas lantai yang kemudian amblas ke dalam lantai serta ujung meja yang diremasnya hancur. Kedua istri Ronggo Lawe menghibur dirinya, akan tetapi Ronggo Lawe bangkit berdiri dan tetap pergi menemui Sang Prabu.

Pada waktu itu, Sang Prabu sedang dihadap oleh para senopati dan punggawa. Mereka terkejut sesekali ketika melihat Ronggo Lawe datang menghadap Sri Baginda. Dengan suara yang lantang, Ronggo Lawe melontarkan penolakan nya terhadap pengangkatan Senopati Nambi. Hebat bukan main ucapan Ronggo Lawe, semua terkejut dan sebagian marah, tetapi mereka tidak berani mencampuri karena menghormati Sang Prabu. Akan tetapi, Sang Prabu tetap tenang dan bahkan tersenyum kepada Ronggo Lawe. Sang Prabu menuturkan bahwa pengangkatan Nambi sebagai Patih Hamangkubumi telah dipertimbangkan masak masak. Serta telah mendapat persetujuan dari yang lain. Dengan muka merah berkata lantang bahwa pengangkatan tersebut menurutnya tidak tepat. Karena menurutnya Nambi adalah seseorang yang bodoh, lemah, penakut, rendah budi, dan tidak berwibawa.

Rongo Lawe terus mencaci maki karena ia tidak bisa menerima atas keputusan Sang Prabu mengangkat Nambi sebagai Patih Hamangkubumi. Hari demi hari, Ronggo Lawe bekerja tidak karuan, uring uringan dan sebagainya. Berita tersebut diketahui oleh Raja, lalu suatu hari Raja memanggil Ronggo Lawe untuk menyampaikan sesuatu yang penting. Akhirnya, Raja memutuskan untuk memecat Ronggo lawe untuk memecat Ronggo lawe dari Kerajaan Majapahit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

contoh pidato beriman pada hari akhir

Assalmu`alaikum Wr.Wb

 

Kepala sekolah  yang saya hormati

Ibu bapak guru yang saya hormati

Teman-teman seperjuangan yang saya  cintai

 

Hadirin yang saya hormati

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Alloh SWT  karena atas karunia nya kita diberi kesehatan, sehingga bisa berkumpul pada  acara Majlis Duha

Solawat dan salam semoga terlimpah curahkan  ke junjunan alam yakni habibana wanabiyana kanjeng nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat dan para umatnya yang patuh dan taat menjalankan ajaran-ajaran nya hingga akhir zaman semoga kita termasuk ke dalam nya.

Hadirin yang saya hormati

Dalam kesempatan ini saya akan berpidato yang bertema beriman kepada hari akhir. Beriman kepada hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh  hati bahwa alam semesta berserta isinya akan  dan berganti dengan kehidupan akhirat yang kekal abadi. Beriman kepada hari akhir merupakan rukun iman yang ke 5 artinya umat islam harus yakin dan percaya bahwa hari kiamat itu pasti dating dan kelak manusia akan dibangkitkan kembali dari dalam kubur untuk menerima pengadilan dari Alloh SWT.

Firman Alloh SWT dalam Q.S. Al-Hajj / 22:7 yang berbunyi

¨br&ur sptã$¡¡9$# ×puŠÏ?#uä žw |=÷ƒu‘ $pkŽÏù žcr&ur ©!$# ß]yèö7tƒ `tB ’Îû ͑qç7à)ø9$# ÇÐÈ

Artinya :  Dan sungguh (hari) kiamat itu pasti dating tidak ada keraguan padanya dan sungguh Alloh akan membangkitkan siapa pun yang ada di dalam kubur (Q.S Al-Hajj/22:7)

Berdasarkan Al-Qur`an di atas dijelaskan bahwa hari kiamat itu pasti akan terjadi, tidak ada seorang pun mengetahui nya semua ini menjadi rahasia Alloh SWT. Dan hikmah beriman kepada hari akhir antara lain :

  1. Menjadikan manusia rajin dan bersemangat dalam beribadah
  2. Mendorong manusia berprilaku baik dan mencegah berprilaku buruk
  3. Mendorong manusia menjadi waspada dan berhati-hati dalam hidup nya.

Hadirin yang  saya hormati

 

Cukup sekian yang bisa saya sampaikan terima kasih atas perhatian nya dan saya minta maaf apabila ada kesalahan kata yang tidak berkenan di hati para hadirin.

Wassalamu`alaikum Wr.Wb

conth surat Jaminan

SURAT JAMINAN

ISTRI/SUAMI / ORANG TUA

 

Yang  bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama (Orang tua) :  
Alamat :  
Umur :  
Pekerjaan :  
Lampiran : Fotocopy KTP
Satatus Orang tua dari Sdr :  

 

Dengan ini menyatakan diri memberikan jaminan penuh atas segala sesuatu kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan Sdr.

Apabila di kemudian hari terjadi hal-hal yang menyimpang penyalahgunaan kewenangan/barang/kendaraan milik perusahaan dan menyebabkan kerugian material kepada perusahaan maka saya bersedia bertangungjawab untuk mengganti/ mengembalikan sejumlah kerugian yang ditimbulkan tersebut.

 

Surat perjanjian ini di buat dan dipergunakan untuk jaminan kepada perusahaan atas tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepada Sdr.

 

Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dan diketahui oleh aparat atau pamongpraja setempat.

 

Yang membuat pernyataan jaminan

 

 

Istri/Suami/Orang Tua                         Yang bersangkutan                 Mengetahui RT/RW

 

 

 

 

 

Nama Jelas                                             Nama Jelas                                   Nama Jelas

Stempel RT/RW